Palembang | KabarSriwijaya.NET – Taman Budaya Sriwijaya – Akhir Oktober 2025 akan menjadi panggung kreativitas yang semarak.
Taman Budaya Sriwijaya kembali bergeliat dengan helatan Amri Yahya Art Festival 2025, sebuah perayaan seni yang membuka ruang bagi anak-anak muda Sumatera Selatan untuk mengekspresikan jati diri melalui beragam lomba seni — dari Kaligrafi Kontemporer, Stand Up Comedy, hingga Tari Kreasi.
Festival ini bukan sekadar ajang lomba, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap semangat maestro seni rupa asal Palembang, Amri Yahya, yang sepanjang hidupnya menjadikan seni sebagai jalan kebudayaan dan dakwah.
Menulis Cahaya dalam Kaligrafi Kontemporer
Dalam kategori Kaligrafi Kontemporer, para peserta diajak menorehkan ayat suci dengan pendekatan estetik masa kini.
Peserta wajib menulis Surat Al-Qalam ayat 1 — ayat yang berbicara tentang pena dan ilmu — di atas kanvas ukuran 60×80 cm yang disediakan panitia.
Perlombaan ini bersifat perorangan, dengan durasi melukis antara enam hingga delapan jam. Panitia menegaskan bahwa karya harus orisinal, tanpa bantuan orang lain dan tidak boleh menggunakan potongan sumber ayat atau kalimat dari media cetak untuk ditempelkan.
“Kami ingin menghadirkan kaligrafi yang bukan sekadar tulisan indah, tetapi juga refleksi spiritual dan imajinasi,” ujar salah satu panitia lomba.
Hasil karya terbaik akan dipamerkan di Galeri Cipta, sementara aspek penilaian meliputi kebenaran tulisan, kreativitas, imajinasi, tata warna, dan kebersihan karya.
Penghargaan yang disiapkan pun cukup menarik: mulai dari Rp1 juta hingga Rp1,75 juta lengkap dengan piagam dan plakat.
Tawa yang Mendidik di Stand Up Comedy
Jika kaligrafi berbicara lewat tinta dan warna, lomba Komedi Tunggal / Stand Up Comedy berbicara melalui kelucuan dan kritik sosial.
Peserta dari berbagai daerah di Sumatera Selatan akan unjuk kebolehan mengocok perut penonton dengan tema besar: “Memajukan Seni, Memperkuat Jati Diri.”
Lomba ini bersifat individual dan terbuka untuk peserta berusia 15–50 tahun. Para komika wajib hadir setengah jam sebelum tampil dan dilarang keras menyinggung unsur SARA, pornografi, maupun gestur tak pantas.
Durasi penampilan dibatasi 3–5 menit, namun cukup untuk menyalakan tawa yang cerdas dan reflektif.
“Stand up comedy diharapkan bukan hanya lucu, tapi juga berisi. Menyindir dengan elegan, menertawakan realitas dengan kearifan,” ujar perwakilan dari PASKI (Persatuan Seniman Komedi Indonesia) Sumatera Selatan, mitra penyelenggara lomba ini.
Tiga penampil terbaik akan menerima uang pembinaan hingga Rp1,75 juta, serta piagam dan plakat penghargaan.
Menari dalam Tradisi, Bergerak dengan Kreasi
Lomba Tari Kreasi menjadi ajang yang paling meriah dan menggugah mata. Dengan mengusung tema “Keindahan Adat dan Tradisi Sumatera Selatan”, kelompok penari yang beranggotakan 4–8 orang akan menampilkan karya baru berdurasi 5–7 menit, baik dengan musik hidup maupun rekaman.
Meski diberi ruang berkreasi, peserta diwajibkan tetap menggunakan unsur wastra daerah — seperti songket, jumputan, atau simbol-simbol budaya lokal.
Sinopsis tarian harus diunggah dan dibacakan sebelum pementasan, memastikan setiap gerak memiliki makna yang terukur.
Kriteria penilaian mencakup empat aspek klasik tari: wiraga, wirama, wirasa, dan wirupa — keseimbangan tubuh, irama, rasa, dan bentuk.
Tiga penampil terbaik akan membawa pulang hadiah hingga Rp4 juta berikut piagam dan plakat penghargaan.
Merayakan Kreativitas dan Jati Diri
Festival yang berlangsung pada 30–31 Oktober 2025 ini mengusung semangat kolaborasi lintas seni: rupa, teater, sastra, dan pertunjukan. Semua kegiatan digelar di Taman Budaya Sriwijaya, Jakabaring–Palembang, tempat di mana karya dan gagasan muda-mudi Sumsel diolah menjadi peristiwa budaya.
“Amri Yahya Art Festival bukan sekadar lomba, tapi perayaan jati diri kita sebagai orang Sumatera Selatan — kreatif, religius, dan mencintai budaya,” ujar salah satu panitia dalam konferensi persnya.
Bagi yang ingin mendaftar, panitia telah menyediakan tautan pendaftaran daring (QR code) yang tertera pada poster resmi festival. Semua lomba gratis (Free) dan terbuka bagi masyarakat Sumatera Selatan.
Di tengah dunia yang serba digital, Amri Yahya Art Festival 2025 menjadi pengingat bahwa budaya bukan sekadar tontonan, melainkan tuntunan — dan seni adalah bahasa paling lembut untuk membicarakan kebijaksanaan.
TEKS : AHMAD MAULANA | EDITOR : IMRON SURIYADI
















