KOSGORO 1957 Palembang: Merajut Ulang Spirit Kebangsaan di Tengah Dinamika Kota

Ketua DPRD Golkar Palembang Dorong Pengurus KOSGORO Aktif Tanamkan Wawasan Kebangsaan

PALEMBANG | KabarSriwijaya.NET – Rabu pagi di Jakabaring Sport City, Palembang, udara terasa lebih semarak daripada biasanya. Dominasi warna kuning menghiasi para personil yang hadir kali itu. Bendera ormas berkibar pelan tertiup angin, dan musik  secara lembut menyambut tamu yang datang, Rabu (17/9/2025).

Di dalam gedung, suasana lebih mirip panggung konsolidasi politik ketimbang sekadar seremoni. Inilah Musyawarah Daerah (Musda) IV dan Pelantikan Pimpinan Daerah Kolektif (PDK) KOSGORO 1957 Kota Palembang — sebuah hajatan yang mempertemukan kader-kader senior, politisi, birokrat, dan aktivis muda dalam satu ruang.

Kehadiran nama-nama penting menandai bobot acara itu. Ada Ketua DPD PGK KOSGORO 1957 Sumsel, DR. Hj. RA Anita Noeringhati, SH, MH, Ketua DPD Partai Golkar Kota Palembang M. Hidayat, Staf Ahli Walikota Palembang Edison, dan tentu saja jajaran pengurus baru yang dilantik, termasuk Ketua KOSGORO 1957 Kota Palembang M. Sholatudin, ST. Wajah-wajah lama dan baru saling bertegur sapa, menunjukkan bagaimana KOSGORO 1957 tetap menjadi simpul pertemuan antara organisasi masyarakat dan partai politik.

Bagi M. Sholatudin, pelantikan ini bukan sekadar seremoni simbolik. Dalam pidato perdananya, ia menyelipkan terima kasih kepada keluarga dan pengurus yang mendukung.

Tapi yang lebih penting, ia menggarisbawahi posisi KOSGORO sebagai induk organisasi Partai Golkar yang membawa semangat Tri Dharma KOSGORO 1957: pengabdian, solidaritas, dan pembaruan. “Kita harus berkomitmen memajukan organisasi dan meningkatkan suara Partai Golkar. Mari kita tumbuhkan semangat Tri Dharma,” ujarnya.

Pidato itu terasa sebagai seruan moral sekaligus politik. KOSGORO 1957, sejak lahir pada masa Orde Lama, dikenal sebagai salah satu motor awal yang melahirkan Partai Golkar. Kini, enam dekade kemudian, perannya ditantang oleh zaman yang lebih kompleks: kebijakan desentralisasi, partisipasi politik yang cair, dan generasi muda yang lebih kritis.

M. Hidayat, Ketua DPD Partai Golkar Kota Palembang, memanfaatkan panggung Musda untuk mengingatkan kembali tentang pentingnya menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Ia mendorong Kesbangpol menghidupkan kembali program wawasan kebangsaan bagi pelajar dan mahasiswa.

“Kami berharap Kesbangpol kembali menghidupkan kegiatan wawasan kebangsaan. Ajak organisasi yang memiliki jaringan, termasuk pelajar dan mahasiswa, untuk aktif kembali membangun pemahaman kebangsaan bagi generasi muda,” ujarnya.

Nada yang sama muncul dari Staf Ahli Walikota Palembang, Edison. Ia mengingatkan bahwa pembangunan kota tidak bisa hanya ditopang oleh pemerintah.

“Peran organisasi masyarakat juga sangat penting dalam pemberdayaan dan memberikan pemahaman kebangsaan kepada masyarakat,” katanya. Ucapan ini seolah menegaskan harapan publik bahwa ormas seperti KOSGORO 1957 bukan hanya mesin politik, tetapi juga penggerak civil society di tingkat lokal.

Puncak acara menjadi sorotan ketika RA Anita Noeringhati, tokoh senior Golkar dan Ketua DPD PGK KOSGORO 1957 Sumsel, menyampaikan pandangannya.

Dengan suara tegas, ia menyebut KOSGORO sebagai salah satu ormas pendiri Golkar yang harus tetap mengawal aspirasi rakyat Palembang. “Saya melihat jajaran pengurus yang baru ini adalah orang-orang yang kompeten. Sebagai salah satu ormas yang ikut mendirikan Golkar, KOSGORO 1957 harus bisa memperjuangkan aspirasi masyarakat Palembang,” katanya.

Bagi sebagian pengamat, Musda IV ini lebih dari sekadar pertemuan rutin. Ia adalah ajang konsolidasi ideologis, menunjukkan KOSGORO 1957 masih punya daya hidup di tengah masyarakat yang berubah.

Dari arena Jakabaring Sport City itu, organisasi ini mencoba memperbarui kontrak sosialnya dengan publik: tetap setia pada nilai-nilai kebangsaan, tapi juga relevan dengan tuntutan zaman yang semakin digital, terbuka, dan kritis.

Musda IV juga menjadi panggung simbolis bagi regenerasi kader. Di tengah kekhawatiran akan krisis kepemimpinan dan lunturnya komitmen ideologi partai, pengurus baru KOSGORO 1957 Palembang diberi mandat menjaga bara idealisme tetap menyala.

Mereka diharapkan menjadi mitra strategis pemerintah kota dalam mengawal pembangunan, sekaligus laboratorium kaderisasi politik yang sehat.

Jika dilihat dari sejarahnya, KOSGORO 1957 memang bukan organisasi sembarangan. Ia lahir dari semangat kebersamaan dan gotong royong yang mengakar.

Dari zaman Orde Baru hingga era Reformasi, KOSGORO terus menjadi pilar penyangga Partai Golkar, dan sekaligus menjadi ruang pembelajaran politik bagi generasi muda.

Tantangannya kini: bagaimana mempertahankan relevansi di tengah derasnya arus media sosial dan pergeseran nilai politik generasi milenial dan Gen Z.

Jakabaring Sport City pada 17 September itu seolah menjadi cermin. Di satu sisi ada wajah nostalgia—bendera kuning, jargon Tri Dharma, dan figur-figur senior Golkar.

Di sisi lain, ada wajah baru: anak-anak muda dengan ponsel di tangan, mengabadikan momen lewat Instagram Stories, menyebarkannya ke jejaring digital. Perpaduan keduanya menunjukkan bahwa KOSGORO 1957 punya peluang menjadi lebih dari sekadar organisasi tua: ia bisa menjadi ruang eksperimentasi nilai kebangsaan yang segar bagi generasi baru.

Dalam gaya khasnya yang menggabungkan tradisi dan pembaruan, Musda IV ini mengirim pesan bahwa KOSGORO 1957 Palembang siap memainkan peran lebih besar.

Bukan hanya menjaga warisan, tetapi juga menyiapkan masa depan. Di bawah kepemimpinan baru, organisasi ini diharapkan tidak sekadar menjadi mesin politik, melainkan juga wadah pembelajaran kewargaan, solidaritas sosial, dan motor kebangkitan semangat kebangsaan di Kota Palembang.**

TEKS / FOTO : YULIE AFRIANI  |  EDITOR : IMRON SUPRIYADI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *