Muaraenim | KabarSriwjaya.NET – Di kampung-kampung kita, panggung kadang datang tanpa aba-aba. Seseorang bisa saja duduk santai di barisan tamu, lalu tiba-tiba diminta menjadi MC, memimpin doa, atau membacakan Surah Yasin dalam acara takziah. Semuanya serba mendadak. Seperti disambar kilat dalam terang ruangan.
Begitu pula yang dialami Ustadz Muis, malam itu di sebuah rumah duka di Sumatera Selatan. Tanpa aba-aba, ia ditunjuk menjadi MC. Lalu memimpin Yasinan. Lalu Tahlil. Lalu Tahtim. Semua “ditembak di tempat”, begitu istilah populernya.
menolak halus
Malam itu bukan hanya milik Ustadz Muis. Beberapa jemaah lain ikut kena giliran. Ada yang terdiam. Ada yang menolak halus. Ada yang pura-pura sibuk dengan HP. Tapi acara tetap harus berjalan. Dan untunglah—sebagian di antara mereka masih punya keberanian dan hafalan.
BACA BERITA TERKAIT LAINNYA :
- Milad ke-6 PP La Roiba : Di Bawah Langit Pesantren, Dzikir dan Lentera
- Laa Roiba dan Sebuah Sekolah Bernama Harapan
- Sekolah Khatib & Imam La Roiba : Membaca Dakwah dari Akar Rumput
Cerita seperti ini bukan hal baru. Bahkan bisa disebut nasional: dari Palembang sampai Parepare. Dalam sebuah acara Maulid Nabi di sebuah masjid di pinggiran Jalan Noerdin Panji, Palembang, Ustadz Muis kembali mengalami hal serupa. Ia dijadwalkan berceramah, tapi ternyata seluruh susunan acara dari sambutan hingga pembukaan tak punya tuan.
Maka panitia malam itu naik ke mimbar dan menyatakan: semua peran akan ia lakoni sendiri. Dari sambutan ketua panitia hingga mewakili undangan. Hanya ceramah dan doa yang ia lepaskan.
merespons panggilan publik
Panggung-panggung kecil di desa ini, sejatinya adalah potret kita dalam berorganisasi dan merespons panggilan publik. Seringkali kita punya niat baik, tapi tak cukup keberanian. Sering pula kita merasa mampu, tapi tak pernah bersiap. Maka ketika diminta, kita gelagapan. Berkeringat dingin. Kadang-kadang lebih gugup dari calon pengantin menjelang akad.
Di sinilah buku “Menyemai Cahaya Kata” hadir seperti oase. Disusun oleh KH Taufik Hidayat, S.Ag., M.I.Kom, pendiri Pondok Pesantren La Roiba Muara Enim, buku ini bukan sekadar kumpulan teks atau template acara. Ia adalah panduan hidup untuk tampil percaya diri di hadapan publik—menjadi MC, Khatib, Imam, Bilal, bahkan pengurus jenazah.
“Buku ini bukan hanya soal struktur teks, tapi juga soal keberanian dan kesiapan,” ujar Imron Supriyadi, S.Ag., M.Hum, editor penerbit Pustaka La Roiba, Jumat (30/05/2025).
adab berbicara
Di dalamnya termuat panduan memimpin doa, tata cara sambutan, hingga contoh-contoh teks MC di acara-acara lokal seperti peringatan hari besar Islam, kenduri kampung, dan kegiatan desa. Ada juga dzikir pasca shalat, tata urut jenazah, sampai adab berbicara di mimbar. Ringkas tapi menyentuh kebutuhan dasar masyarakat Muslim yang sering kali “dipanggil tampil”, tapi tanpa pembekalan.
Lebih dari itu, bagi yang ingin memperdalam keterampilan berbicara publik, La Roiba membuka Sekolah Khatib dan Imam (SKIM). Di sini, buku ini dijadikan pegangan utama. “Pendaftaran masih dibuka. Ini kesempatan untuk belajar tampil dengan keyakinan dan akhlak,” imbuh Imron, yang juga Kepala Program SKIM.
menawarkan solusi
Buku ini lahir dari keresahan. Tapi bukan untuk mengeluh. Ia menawarkan solusi. Ia merawat harapan agar panggung-panggung kecil itu tidak lagi dipenuhi kegugupan, tapi keikhlasan yang matang.
“Kami terbitkan terbatas. Pemesanan harus melalui tim SKIM karena animo tinggi dan kami tak ingin stok habis sebelum sampai ke tangan yang benar-benar membutuhkan,” ujar Imron.
“Alhamdulillah,” katanya menutup, “semoga buku ini menjadi cahaya kecil yang menyemai keberanian. Tak perlu jadi orator, cukup tahu caranya tampil—dan tak lagi grogi ketika diminta bicara di hadapan sesama.”
Catatan Pembaca :
Buku “Menyemai Cahaya Kata” karya KH Taufik Hidayat hadir sebagai jawaban atas fenomena umum di masyarakat, terutama di lingkungan masjid dan mushola, di mana banyak warga—termasuk para pengurus masjid—sering kali merasa gugup, tak siap, atau bahkan menolak ketika tiba-tiba diminta menjadi MC, khatib, imam, atau memimpin acara keagamaan. Buku ini disusun sebagai panduan praktis yang aplikatif, memuat teks-teks sambutan, panduan MC, tata cara menjadi khatib, imam, bilal, hingga mengurus jenazah dan memimpin dzikir harian.
Sikap yang Harus Diambil Warga dan Pengurus Masjid:
Berhenti Menghindar, Mulai Belajar:
Realitas bahwa banyak acara keagamaan digelar secara spontan dan kerap tanpa persiapan petugas yang matang, seharusnya menjadi alarm bagi warga untuk mulai membekali diri. Menghindar bukan solusi, belajar dan bersiap adalah keharusan.
Jadikan Buku Ini Sebagai Pegangan Wajib:
Warga dan pengurus masjid bisa memanfaatkan buku “Menyemai Cahaya Kata” sebagai “kit darurat” sekaligus bekal jangka panjang untuk tampil percaya diri dalam acara keagamaan. Buku ini bisa menjadi “penolong” saat kondisi genting.
Dorong Literasi Keagamaan yang Praktis:
Buku ini membuka paradigma baru bahwa literasi keagamaan bukan hanya soal teori, tapi juga kesiapan tampil dan berkontribusi dalam kegiatan sosial-keagamaan. Para pengurus masjid bisa menjadikannya sebagai materi pelatihan rutin.
Ikut Program Sekolah Khatib dan Imam (SKIM):
Agar lebih siap, para pengurus masjid dan generasi muda sebaiknya mendorong diri dan lingkungannya untuk mengikuti pelatihan atau program pendidikan seperti SKIM yang diselenggarakan PP La Roiba.
Bangun Tradisi Kaderisasi Petugas Masjid:
Jangan hanya mengandalkan orang yang “itu-itu saja”. Dengan adanya buku ini, pengurus masjid bisa mulai melakukan kaderisasi—mengajak anak muda dan warga lain belajar menjadi MC, imam, khatib, bilal secara sistematis.
Inti Buku :
Buku ini bukan sekadar kumpulan teks sambutan. Ia adalah sarana pemberdayaan, pembebasan dari rasa minder, dan penanaman rasa tanggung jawab sosial keagamaan. Sudah saatnya para pengurus masjid tidak hanya menjadi “penunjuk tugas dadakan”, tapi menjadi fasilitator pembelajaran agar semua warga siap tampil, menyemai cahaya kata, dengan ilmu dan akhlak.
TEKS : AHMAD MAULANA | EDITOR : WARMAN P
Informasi Pemesanan Buku
📅 Pendaftaran: 16 Mei – 6 Juni 2025
📍 Mulai Belajar: Pekan Kedua Juni 2025 (Setelah Idul Adha)
📞 Kontak:
• Ustadz Riki – 0852-4686-0643
• Ustadz Imron – 0812-7127-4232