Telah wafat (Jumat, 10 Oktober 2025) sosok yang tak hanya menjadi guru spiritual, tetapi juga motor utama perjuangan besar ini: alm. Bapak KH. Bahrun Adnan bin Adnan, cucu dari KH. Azhari, pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur.
Kepergian beliau menandai selesainya tugas mulia yang telah diembannya selama puluhan tahun: mendirikan tujuh pesantren yang kini berdiri kokoh dan membangun tak kurang dari 99 masjid di berbagai daerah seperti Jambi, Musi Banyuasin, Palembang, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir (OKI), Gelumbang, Muara Enim, Lahat, Empat Lawang, Muratara dan Lubuk Linggau — semuanya diberi nama Al Falah.
Ini bukan sekadar angka dan bangunan. Setiap pesantren dan masjid adalah manifestasi nyata dari jasa dan pengabdian beliau yang kini menjadi pahala jariah abadi di alam barzah.
Sofyan Yakup.SH, salah satu murid KH Bahrun dan Robert Melam Khasogie.SP.MM, cucu kesayangan almarhum, yang merupakan Putra Sulung Sofyan Yakup.SH, mengucapkan duka yang mendalam atas meninggalnya gurunya.
“Kami semua yang pernah mengenal dan menjadi bagian dari perjuangan beliau mendoakan semoga Allah menerima amal ibadah dan mengangkat ruh beliau ke langit ketujuh, bersama para ulama dan orang-orang shaleh,” ujar Sofyan.
Selamat jalan, Bapak kami tercinta. Kasih sayang kami abadi, namun kami meyakini kasih sayang Allah jauh lebih besar kepada Almarhum

Melanjutkan Titah Sang Guru Spiritual
Perjalanan merantau demi menegakkan amanah sang guru katakan, “Kamu tidak boleh kembali sebelum mendirikan minimal lima pesantren,” kini telah sampai ke titik puncak.
Bukan hanya lima, menurut Sofyan, tetapi tujuh pesantren dan 99 masjid Al Falah telah menjadi buah tangan perjuangan dan pengabdian yang luar biasa Kiai Bahrun.
“Masjid terakhir berdiri sebagai simbol kemenangan dan dedikasi, yang kini juga menjadi makam beliau di belakang Masjid Al Falah ke-99 di Desa Talang Jambe, Tanjung Siapi-api,” tambahnya.
“Saya yang hadir ketika itu. Momentum peresmian masjid ini dihadiri oleh Gubernur Sumatra Selatan, Herman Deru, yang sekaligus memberikan santunan kepada sekitar 500 anak santri, anak anak Yatim Piatu dan anak-anak tidak mampu serta fkir miskin. Ini menegaskan kesinambungan beliau terhadap pembinaan generasi penerus dalam tradisi keilmuan dan spiritualitas beliau,” ujarnya.
Warisan Berkelanjutan
Kisah perjuangan beliau dan para santri merantau bukan sekadar cerita tentang membangun pesantren dan masjid. Menurut sofyan, ini adalah cermin dari sebuah amanah besar yang membawa perubahan sosial dan spiritual dalam kehidupan masyarakat.
Setiap masjid dan pesantren, setiap anak santri yang mendapat santunan dan pembinaan, mencerminkan ruh perjuangan yang tak pernah padam, yang diwariskan oleh guru besar kita, KH. Bahrun Adnan.
“Semoga semangat beliau terus menginspirasi dan memperkuat pondasi umat di berbagai pelosok negeri,” ujar Sofyan penuh harap.
TEKS : AHMAD MAULANA | EDITOR : IMRON SUPRIYADI | FOTO. DOK.PRIBADI/SOFYAN



																						










