PALEMBANG | KabarSriwijaya.NET – Langit Palembang siang itu tampak cerah, Senin 25 Agustus 2025. Halaman Griya Agung, rumah dinas Gubernur Sumatera Selatan, dipadati ratusan tamu undangan. Di balik balutan acara pelantikan, tampak semangat muda yang bergejolak. Mereka adalah kader Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK), organisasi yang sejak berdirinya digagas untuk menjadi rumah besar kaum muda.
Hari itu, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PGK Sumatera Selatan periode 2025–2028 resmi dilantik. Sebuah momen yang, bagi sebagian, sekadar acara seremonial. Namun bagi Firdaus Hasbullah, Ketua DPW terpilih yang juga Wakil Ketua II DPRD PALI, peristiwa ini adalah pintu menuju babak baru peran pemuda Sumsel dalam urusan kebangsaan.
Dari Kritik ke Solusi
Di hadapan peserta, Gubernur Herman Deru menekankan pesan yang lugas. “Organisasi seperti PGK jangan hanya hadir untuk mengkritik, tapi juga harus membawa solusi,” ujarnya. Ucapan itu seperti mengingatkan bahwa jalan panjang pemuda bukan berhenti pada orasi, melainkan kerja nyata yang membekas.

Pesan serupa datang dari Bursah Zarnubi, Ketua Umum DPP PGK sekaligus tokoh senior yang mendirikan organisasi ini lebih dari satu dekade lalu. Ia memilih memberi motivasi panjang: “Jangan lihat sekarang, lihat 20 tahun ke depan. Demokrasi memberi ruang, tapi kalian harus bangun jaringan, dari kampus, pertanian, hingga masyarakat luas.” Sebuah visi jangka panjang yang mengandaikan PGK bukan sekadar papan nama, melainkan kawah candradimuka lahirnya kepemimpinan.
Rumah Besar Kebangsaan
Firdaus Hasbullah, yang baru saja menerima mandat memimpin DPW PGK Sumsel, menolak keras anggapan bahwa organisasinya hanya wadah formalitas. “PGK lahir dari rahim organisasi Cipayung Plus pada 2013. Kita ingin PGK menjadi rumah besar pemuda, bukan sekadar papan nama. Kita harus menjadi dapur gagasan yang menyuarakan kepentingan rakyat kecil,” tegasnya.
Baginya, PGK adalah ruang untuk melahirkan gagasan, bukan hanya mengulang jargon. Nilai-nilai integritas, solidaritas, gotong royong, dan intelektualitas disebutnya sebagai fondasi utama. “Sejarah mencatat mereka yang bergerak,” katanya lirih namun tegas, seakan mengingatkan bahwa pemuda tidak boleh hanya jadi penonton peristiwa.
Agenda Strategis: Dari Seminar hingga Sungai Musi
Tak ingin berhenti pada retorika, PGK Sumsel sudah merancang sejumlah program. Sebuah Seminar Kebangsaan bersama Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menjadi agenda pembuka. Namun yang lebih menarik perhatian adalah program lingkungan “Cinta Sungai Musi”.
“Bagi kami, Sungai Musi bukan hanya simbol, tapi sumber kehidupan. Menjaganya adalah bentuk nyata cinta tanah air,” ucap Firdaus. Program ini akan menggandeng komunitas mahasiswa dan pegiat lingkungan. Dalam imajinasi Firdaus, gerakan kebangsaan tak hanya terwujud di ruang sidang atau forum diskusi, tetapi juga di tepian sungai, tempat masyarakat beraktivitas sehari-hari.
Menyulam Persatuan
Di tengah polarisasi politik dan sosial yang kian terasa, Firdaus juga menegaskan peran PGK sebagai kekuatan pemersatu. “PGK harus jadi rumah besar yang terbuka bagi siapa pun yang ingin berjuang dengan ide,” tandasnya.
Pesan ini terasa relevan. Di era ketika media sosial kerap menjadi medan perpecahan, PGK ingin hadir sebagai ruang dialog. Di sinilah letak tantangannya: menjahit perbedaan menjadi kekuatan.
Energi dari Generasi Muda
Pelantikan DPW PGK Sumsel sore itu ditutup dengan semangat kebangsaan. Hadir para tokoh pusat PGK seperti Sekjen Hidayat, serta perwakilan organisasi kepemudaan se-Sumsel. Namun yang paling kentara adalah wajah-wajah muda yang berkilat penuh energi.
Mereka adalah generasi yang akan menulis sejarah baru Sumatera Selatan—bukan hanya lewat teriakan di jalanan, tetapi melalui program, kerja kolaboratif, dan gagasan yang membumi. Seperti yang diingatkan Bursah Zarnubi: masa depan pemuda tidak ditentukan hari ini, melainkan 20 tahun mendatang.
Dan di Griya Agung sore itu, semangat kebangsaan terasa menemukan rumah barunya.
TEKS : YULIE AFRIANI | EDITOR : IMRON SUPRIYADI