Senin itu bukan sekadar hari biasa di Kantor PCNU Kota Palembang. Di balik rapat yang digelar secara tertutup namun hangat, lahir sebuah keputusan penting yang akan menentukan arah langkah Nahdlatul Ulama di kota pempek ini.
KabarSriwijaya.NET – Setelah kursi Ketua PCNU Kota Palembang kosong pasca terpilihnya KH Hendra Zainuddin Al-Qodiri sebagai Ketua PWNU Sumatera Selatan, pertanyaan tentang siapa yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan akhirnya terjawab.
Melalui rapat pleno yang digelar Senin, 12 Mei 2025, PCNU Kota Palembang resmi menetapkan KH Abdul Malik Syafei sebagai ketua yang baru. Penetapan ini dipimpin langsung oleh Rois Syuriah PCNU Kota Palembang, Dr. KH Rosidin Hasan, M.Pd.I, disaksikan oleh jajaran pengurus harian, badan otonom (banom), lembaga, hingga perwakilan Majelis Wakil Cabang (MWC) NU se-Kota Palembang.
Bukan keputusan yang lahir dari ruang kosong. Sebelumnya, forum pleno mempertimbangkan sejumlah nama, termasuk para wakil ketua aktif. Namun, sebagian menyatakan belum siap, sementara yang lain dinilai masih butuh waktu untuk matang secara organisatoris. Maka, musyawarah mufakat menjadi jalan tengah yang paling bijak.
“Kami sepakat, Kiai Abdul Malik Syafei memiliki kapasitas, pengalaman, dan kedekatan dengan kultur NU yang cukup kuat untuk memimpin,” ujar KH Rosidin Hasan, usai rapat.
KH Abdul Malik bukan nama asing. Ia sebelumnya menjabat sebagai sekretaris PCNU Kota Palembang—sosok yang bergerak di balik layar, mengurus banyak hal tanpa banyak sorotan. Kini, ia diminta untuk tampil ke depan, memikul tanggung jawab lebih besar di tengah dinamika umat yang tak pernah berhenti bergerak.
Dalam sambutannya, pria yang saat ini tengah menempuh pendidikan doktor di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang itu tidak banyak berbicara tentang ambisi. Justru ia menegaskan pentingnya bimbingan kolektif.
“Rois Syuriah adalah pemimpin tertinggi. Kami mohon bimbingan dan arahan agar amanah ini tidak hanya dijalankan, tetapi juga dimuliakan,” ungkapnya dengan suara yang tenang namun penuh tekad.
Bagi Kiai Abdul Malik, NU bukan sekadar organisasi. Ia adalah gerakan kultural yang hidup dalam denyut umat. Sebuah jaringan nilai yang dibangun oleh ulama, dijalankan oleh jamaah, dan ditujukan sepenuhnya untuk pelayanan kepada masyarakat.
“Nahdlatul Ulama ini adalah gerakan jamaah. Kita hadir untuk khidmat—dari ulama, oleh ulama, untuk umat,” tegasnya. Sebuah kalimat yang lebih dari sekadar slogan—tapi manifesto perjuangan.
Rapat pleno tersebut juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting NU Sumsel, termasuk Ketua PWNU Sumsel KH Hendra Zainuddin Al-Qodiri, Wakil Ketua PWNU Kemas Khairul Muklis, serta Katib PCNU Palembang Dr. KH Ikral, MM. Hadir pula jajaran pengurus banom seperti Ansor, Muslimat, Fatayat, IPNU-IPPNU, serta perwakilan lembaga dan MWC se-kota.
Di tengah tantangan zaman dan gesekan sosial yang kian kompleks, NU butuh nakhoda yang tak hanya paham arah, tapi juga mampu mengayuh dengan hati. Penetapan KH Abdul Malik Syafei menjadi penanda bahwa PCNU Kota Palembang siap melangkah lagi—dengan kesadaran, kebersamaan, dan keikhlasan.
Karena dalam NU, jabatan bukan tempat bertengger, tapi tempat berkhidmat. Dan seperti kata para ulama: “Man lam yakhidim, lam yastahik.” Siapa yang tak mau melayani, tak pantas memimpin.
TEKS : AHMAD MAULANA | EDITOR : IMRON SUPPRIYADI