Brio, Birokrasi, dan sebuah Kehormatan bagi Dr Syafitri Irwan

Jangan hanya patuh pada bensin dan rem. Tapi juga pada rambu-rambu dan nilai kemanusiaan

PALEMBANG | KabarSriwijaya.NET — Di antara berkas-berkas tugas negara yang menumpuk dan surat-surat dinas yang menunggu tanda tangan, sebuah kunjungan tak biasa terjadi di lantai kerja Kementerian Agama Sumatera Selatan, Senin siang itu (3 Februari 2025). Bukan tamu dari pondok pesantren atau ormas keagamaan, melainkan iring-iringan kecil komunitas mobil Honda Brio — lengkap dengan rompi komunitas dan sapaan khas jalanan.

Mereka datang bukan untuk mengurus surat izin atau minta dispensasi mudik, melainkan membawa sesuatu yang mereka sebut sebagai bentuk hormat: sebuah penghargaan kepada Dr. Syafitri Irwan, S.Ag., M.Pd.I, perempuan yang kini menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Sumatera Selatan. Penghargaan itu diberikan bukan karena urusan agama atau birokrasi, tapi karena satu hal yang jarang masuk dalam berita negara: kepedulian terhadap komunitas mobil.

BACA ARTIKEL LAINNYA :

“Terima kasih atas penghargaan ini,” ujar Syafitri Irwan pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh bunyi lalu lintas di luar kantor. “Bukan sekadar gelar anggota kehormatan, tapi bentuk penghargaan atas niat baik yang selama ini dijalankan komunitas ini.”

Dr. Syafitri Irwan yang juga menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Sumatera Selatan dinobatkan sebagai anggota kehormatan oleh HBC Chapter Palembang.
Dr. Syafitri Irwan yang juga menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Sumatera Selatan dinobatkan sebagai anggota kehormatan oleh HBC Chapter Palembang.

Baginya, Honda Brio Community bukan sekadar klub pecinta kendaraan kecil berlogo ‘H’. Ia melihatnya sebagai ruang sosial alternatif—sebuah simpul yang mempertemukan hobi dan kepedulian. “Ada semangat sosial di balik kemudi mereka. Dan itu, bagi saya, jauh lebih penting daripada sekadar tampilan kendaraan.”

Ia lalu menegaskan, bahwa komunitas semacam ini tak boleh kehilangan arah. “Jalanan adalah ruang publik. Menebar kebaikan bisa dimulai dari cara kita berkendara. Tertib di jalan adalah bagian dari etika hidup bernegara,” ucapnya, seperti tengah mengisi khutbah ringan di antara jeda tugas kenegaraan.

Sementara itu, Ketua HBC Chapter Palembang, Jaka Setiawan, menyebut pemberian penghargaan ini sebagai bentuk terima kasih komunitas terhadap figur publik yang—menurutnya—tidak hanya memahami roda empat, tapi juga roda kehidupan sosial.

“Kami ini komunitas mobil, iya. Tapi kami juga komunitas sosial. Dan Bu Syafitri adalah satu dari sedikit pejabat publik yang mau menyapa dan memahami kami,” ujarnya.

Bagi Jaka dan kawan-kawan, komunitas mobil bukan sekadar ajang pamer kendaraan atau konvoi di jalan tol. Mereka punya kegiatan bakti sosial, penggalangan dana bencana, hingga pelatihan keselamatan berkendara untuk anak muda. Dalam banyak kegiatan itu, Syafitri Irwan — pejabat perempuan yang dulu lebih dikenal sebagai akademisi bidang pendidikan Islam — kerap memberikan dukungan diam-diam: izin lokasi, kemudahan koordinasi, bahkan sekadar hadir dan mendengar.

Dan di tengah arus besar birokrasi yang seringkali kaku, mungkin hanya sedikit yang menyadari: bahwa membangun bangsa bukan hanya soal proyek besar dan peraturan menteri, tapi juga tentang siapa yang bersedia mendengarkan mesin kecil berdengung di jalan-jalan kota. “Jangan hanya patuh pada bensin dan rem. Tapi juga pada rambu-rambu dan nilai kemanusiaan,”  ujar Syafitri Irwan.

TEKS : YULIE AFRIANI  |  EDITOR : IMRON SUPRIYADI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait