BANYUASIN | KabarSriwijaya.NET — Dua wartawan senior di Sumsel, Triono Junaidi atau Kakek Teje (Owner Sumatera Ekpres Minggu) dan Imron Supriyadi, Pemimpin Redaksi Media Online Kabar Sumatera, menjadi “provokator” menulis bagi 800-an santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoiriyah Banyuasin, Sumsel.
“Kita harus jadi provoaktor santri untuk bisa menulis, supaya mereka punya karya,” ujar Wartawan Senior di Sumsel, Triono Junaidi alias Kakek Teje, pada obrolan kecil sebelum “Ngaji Jurnalistik” di kediaman Kiai Ghufron Muhammad, S. Pd.I, Pimpinan Madrasah Pondok Pesantren Al-Khoiriyah, Banyuasin, Sumsel, Senin, (27/01/2025).
Pada acara yang bertajuk, “Ngaji Jurnalistik” ini, digelar di Masjid Al Khoiriyah, Jalan KH A Zaini, Desa Timbul Jaya, Jalur 13, Kecamatan Muarasugihan, Kabupaten Banyuasin, Sumsel, selama dua hari, Senin-Selasa (27-28/01/2025).
Membangkitkan Semangat
Dua jurnalis (wartawan) senior di Sumsel ini, Kakek Teje dan Imron Supriyadi, keduanya pernah menjadi jurnalis di Harian Pagi Sumatera Ekspres Palembang, Jawa Pos Grup (JPNN), di era 1990-an.
Mewakili Kiai M Syaroni, Pimpinan Ponpes, Al-Khoiriyah Banyuasin, Kiai Ghufron Muhammad, S.Pd.I, Pimpinan Madrasah Al Khoiriyah menyatakan, kegiatan ini untuk melakukan kaderisasi jurnalis santri, sekaligus membangkitkan semangat menulis di kalangan santri.

Sebab, menurut Kiai Ghufron, berbagai kisah santri dalam keseharian di pondok sangat banyak yang layak menjadi karya jurnalistik. Apalagi, di pondok, para santri memiliki kisah-kisah unik, yang tidak akan dimilik siswa lain yang berada di luar pondok.
BACA BERITA SEBELUMNYA : Ngaji Jurnalistik Di Pondok Pesantren Al-Khoiriyah
Menurut Kiai Ghufron, berbagai kisah ini, akan membangkitkan keaslian pemikiran dan imaginasi santri. “Santri ini banyak punya kisah unik di pondok, dan itu masih sangat original. Ini bisa mendorong pemikiran karya dari santri yang murni tanpa dipengaruhi hal-hal yang diperoleh dari HP dan teknologi lainnya, terutama yang negatif. Terlebih, santri memang dilarang membawa HP, jadi imajinasinya benar-benar ori atau asli,” tegasnya, saat memberi sambutan pada pembukaan, Senin (27/01/2025).
Bangga Menjadi Santri
Lebih lanjut, alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang ini menegaskan, para santri harus bangga menjadi santri yang punya kemampuan menulis, baik karya jurnalistik atau karya sastra, seperti puisi, cerpen dan lainnya.
“Sebagai santri pondok Al-Khoiriyah, harus bangga menjadi santri yang jurnalis, dan menjadi jurnalis yang santri. Sebab, keterampilan menulis yang dimiliki santri, akan memiliki nilai tambah, baik secara pribadi maupun bagi pondok,” tegasnya.

Nilai tambah yang dimaksud Kiai Ghufron, satu sisi, seorang santri sebagai sosok calon jurnalis (wartawan), yang memiliki basis agama. Dalam agama dipastikan menginformasikan nilai-nilai kebaikan. Sisi lainnya, jurnalis berkewajiban menulis berita yang dapat mencerahkan bagi masyarakat, bukan menjadi penyebar fitnah dan kebohongan.
Pembawa Misi Kenabian
“Oleh sebab itu, tidak berlebihan bila para jurnalis senior menyebut, wartawan adalah satu diantara profesi yang membawa misi kenabian, dalam arti pembawa misi kebaikan. Kalau demikian, calon jurnbalis yang berbasis santri, harus memegang teguh prinsip dasar yang sifat nabi, yaitu, Sidiq, amanah, tabligh dan fathonah,” tegasnya.
Selain itu, menurut Kiai Ghufron, melalui keahlian menulis yang dimiliki santri, akan bisa menambah dan membantu penyebaran informasi tentang kegiatan Ponpes Al-Khoiriyah di masyarakat. “Bahkan, bagi santri, karya jurnalistik juga akan membangun eksistensi diri santri secara pribadi di tengah publik,” tegas mantan Ketua Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ukhuwah UIN RAden Fatah Palembang ini.
Motivasi Penguasaan Teknologi
Pada acara ini, sesi pertama Kakek Teje memberi motivasi tentang penguasaan teknologi bagi santri. Menurut jurnalis senior di Sumsel ini, digitalisasi informasi saat ini, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, baik bagi santri secara pribadi atau bagi pondok pesantren.
Perluasan dan perkembangan media sosial (medsos) seperti saat ini, menurut Kakek Teje, kehadirannya tidak bisa ditolak apalagi diabaikan. Namun sebaliknya, pesantren wajib memanfaatkan media sosial sebagai media dakwah di era digital.
Hyper Media
Menurut Kakek Teje, hampir seluruh media mainstream (media umum) saat ini sudah memenafaatkan medsos untuk alat penyebaran informasi. Media umum menurut Kakek Teje, sudah media, tapi faktanya media yang masuk media tapi medsos. “Ini yang namanya hyper media, artinya media masuk media!” tegansya.
Penjelasan lainnya, hyper media, berarti pengembangan dari hyperlink (banyak jaringan) yang terjadi hubungan antara link satu dengan lain yang terkonfigurasi menjadi satu kesatuan.
“Hypermedia dapat diartikan sebagai gabungan dari berbagai media seperti text, image, animasi, video, dan audio yang dikemas menjadi satu kesatuan,” tegas Kakek Teje.
Dengan demikian, Kakek Teje menegaskan, tanpa memanfaatkan medsos dalam berdakwah, pondok pesantren akan terlibas dan kalah dengan pelaku medsos lain yang kian menggila.
“Santri dan pondok pesantren sudah wajib menjadi subjek, menjadi pelaku dalam era digital, bukan malah sebaliknya sebagai obyek dan pelengkap penderita,” tambahnya.
tehnik penulisan berita
Sesi kedua, Imron Supriyadi lebih berfokus pada tehnik penulisan berita yang menerapkan pola menulis berita Piramida terbalik dan rumus 5W+1H (what, when, where, who, why dan how).
Kali itu, dosen UIN Raden Fatah Palembang ini menyuruh para santri menulis dalam waktu 10 menit. Bahan datanya, tentang kegiatan hari itu “Ngaji Jurnalistik” yang tengah berlangsug. Menit berikutnya Imron dan Kakek Teje kemudian melakukan evaluasi masing-masing karya santri, satu per satu.

“Praktik menulis berita dalam pelatihan jurnalistik menjadi penting. Sebab, ilmu jurnalistik itu bersifat praktis aplkatif. Berteori dan langsung praktik. Belajar jurnalistik tidak bisa sebatas teori, tetapi harus lebih banyak praktik, sehingga dalam waktu 3 jam saja, santri langsung bisa menulis berita layaknya wartawan profesional,” tegas peraih Anugrah Batanghari, kategori Sastra terbaik tahun 2023, se-Sumsel ini.
Praktik dan evaluasi menulis berita dilanjutkan usai shalat dluhur dan makan siang. Pada sesi kedua, baik Imron dan Kakek Teje lebih banyak melakukan koreksi tulisan para santri.
“Diharapkan, melalui praktik yang langsung dievaluasi, para santri akan melihat sisi lebih dan lemahnya sejumlah tulisan antara satu dan lainnya. Diharapkan, melalui evaluasi ini karya para santri di masa mendatang akan lebih baik dan layak muat di media,” tegas Kakek Teje lagi.**
TEKS : TIM MEDIA PP. AL-KHOIRIYAH | FOTO : PP. AL-KHOIRIYAH/ZAKI