Di hamparan tanah seluas sepuluh hektar di Dusun 5, Desa Semangus, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten PALI, Sumatera Selatan, sebuah cita-cita besar tengah digagas. Sebuah pondok pesantren yang kelak bukan hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga pusat peradaban Islam modern. Namanya: Pondok Pesantren Al Turmudzi.
Pesantren yang dipimpin oleh KH. Muhtarul Anam ini disebut-sebut akan menjadi yang terbesar se-Asia. Bukan klaim berlebihan, sebab konsep yang dibangun memadukan tradisi pesantren klasik dengan sistem pendidikan modern, disertai fasilitas yang komprehensif: masjid megah, ruang belajar terpadu, asrama santri, pusat kajian kitab kuning, laboratorium ilmu pengetahuan modern, hingga unit usaha produktif yang menopang kemandirian santri dan lembaga.
Visi Besar dari PALI
“Pesantren ini kita bangun dengan konsep modern, tetapi tetap menjaga ruh tradisi keilmuan pesantren. Targetnya bukan hanya mencetak santri yang alim, tapi juga generasi yang mandiri, berdaya saing, dan bermanfaat bagi masyarakat luas,” tutur KH. Muhtarul Anam saat konsolidasi rencana pembangunan, Jumat (5/09/2025) di Soreang Bandung.
Baginya, pesantren adalah lebih dari sekadar tempat menimba ilmu agama. Ia adalah kawah candradimuka yang membentuk manusia seutuhnya: cerdas akalnya, bersih hatinya, kokoh imannya, dan mandiri dalam kehidupannya.
Dukungan dari Umat
Rencana besar ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat Dusun 5 Semangus. Sejumlah tokoh desa meyakini, hadirnya pesantren berskala besar akan memberikan berkah, tidak hanya dari sisi pendidikan, tetapi juga dari sisi ekonomi.
“Kalau ada ribuan santri belajar di sini, tentu perputaran ekonomi warga akan meningkat. Tapi yang lebih penting, doa-doa mereka akan membawa keberkahan bagi desa kami,” kata seorang tokoh masyarakat setempat.
Dukungan masyarakat menjadi salah satu energi utama dalam konsolidasi pembangunan. Di beberapa rumah warga, obrolan tentang “Pesantren Al Turmudzi” sudah menjadi topik harian, seolah menjadi mimpi bersama yang hendak diwujudkan.
Antara Tradisi dan Modernitas
Yang menarik, konsep Ponpes Al Turmudzi tidak menafikan tradisi pesantren yang telah berabad-abad mengakar di bumi Nusantara. Kajian kitab kuning tetap menjadi ruh utama, namun bersanding dengan penguasaan ilmu pengetahuan modern.
Di tengah arus globalisasi dan derasnya perkembangan teknologi, pesantren ini diharapkan mampu menjembatani dua dunia: menjaga kemurnian ilmu-ilmu Islam, sekaligus membuka ruang bagi santri untuk memahami dan menguasai ilmu pengetahuan kontemporer. Dengan begitu, pesantren benar-benar menjadi pilar peradaban yang relevan dengan zaman.
Menuju Pusat Peradaban
Tim konsolidasi saat ini tengah mematangkan langkah strategis pembangunan, mulai dari perencanaan infrastruktur, pendanaan, hingga program kurikulum yang visioner. Semua diarahkan untuk merealisasikan cita-cita menjadikan Ponpes Al Turmudzi sebagai pusat pendidikan Islam terbesar di Asia.
Lebih dari itu, pesantren ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak lahirnya generasi rabbani—generasi yang tidak hanya alim dalam ilmu agama, tetapi juga produktif, kreatif, dan memiliki kepedulian sosial.

Catatan Suara Masjid
Sejarah Islam di Nusantara mencatat, pesantren selalu menjadi pusat peradaban. Dari pesantren lahir ulama, pemimpin, hingga pejuang bangsa. Apa yang tengah dipersiapkan di PALI hari ini adalah ikhtiar melanjutkan tradisi besar itu.
Pembangunan Ponpes Al Turmudzi bukan hanya tentang mendirikan bangunan fisik, tetapi juga tentang menanam benih masa depan umat. Sebuah ikhtiar yang memadukan doa, kerja keras, dan keikhlasan.
Masyarakat menunggu, umat berdoa, dan sejarah akan mencatat: dari sebuah dusun kecil di PALI, Sumatera Selatan, lahir pusat peradaban Islam yang berskala Asia.
TEKS : ESSA SUSANTO / SANJAYGONZALES | EDITOR : IMRON SUPRIYADI













