BPJS di Ujung Tulung Selapan: Layanan Publik yang Menyapa Warga Pesisir

Bupati OKI Muchendi Mahzareki hadir membuka acara

OKI | KabarSriwijaya.NET – Sejak matahari baru naik, halaman Kantor Camat Tulung Selapan di Ogan Komering Ilir (OKI) sudah ramai. Ratusan warga berduyun-duyun datang.

Ada yang membawa berkas di map plastik, ada pula yang datang berboncengan dengan motor dari desa seberang. Suasana mirip pasar kecil: penuh percakapan, antrian, dan wajah-wajah yang menaruh harapan.

Hari itu, 26–27 Agustus 2025, Pemkab OKI menggelar Layanan Terpadu. Puluhan instansi membuka stan, mulai dari administrasi kependudukan, kesehatan, hingga konsultasi pertanian. Salah satu yang paling ramai didatangi: BPJS Kesehatan Cabang Palembang.

Jauh Jadi Dekat

“Alhamdulillah, saya bisa mengurus BPJS tanpa ke Kayuagung. Biasanya jauh sekali, ongkos pun mahal,” ujar Mega, seorang ibu rumah tangga yang datang bersama suaminya. Ia lega, urusan perubahan data kepesertaan bisa diselesaikan hanya dalam hitungan menit.

Bagi warga Tulung Selapan, jarak ke kota kabupaten bukan sekadar angka di peta. Jalan yang panjang, ongkos transportasi, dan waktu kerja yang terbuang sering jadi kendala. Karena itu, kehadiran layanan BPJS di acara terpadu ini serasa menjembatani jurang yang selama ini memisahkan.

“Kalau berobat pakai JKN gampang, cukup bawa KTP sudah bisa berobat. Tidak ribet,” timpal Rosili, peserta JKN lainnya. Pengalamannya menegaskan satu hal: akses kesehatan yang mudah bukan hanya kebutuhan, tapi hak yang kini mulai lebih dekat.

Sinergi dan Janji

Bupati OKI Muchendi Mahzareki hadir membuka acara. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk memastikan pelayanan publik benar-benar menyentuh rakyat. “Inilah wujud negara hadir sampai ke pelosok,” katanya.

Pada gelar Layanan Terpadu ini, Bupati OKI Muchendi Mahzareki hadir membuka acara

BPJS Kesehatan pun membawa pesan serupa. Yusfikarina, Kepala Kantor BPJS Kesehatan OKI yang mewakili Kepala Cabang Palembang, menegaskan komitmen lembaganya untuk memperluas akses. “Kami ingin peserta dan calon peserta JKN lebih mudah mendapatkan informasi dan layanan, terutama di wilayah jauh dari pusat kota,” ujarnya.

Belajar dari Tulung Selapan

Model Layanan Terpadu ini menjadi cermin bagaimana pelayanan publik bisa lebih efektif bila didekatkan ke warga. Bukan warga yang harus datang ke kota, tapi pemerintah dan lembaga yang menjemput bola.

Bagi masyarakat pesisir seperti Tulung Selapan, kegiatan semacam ini bukan hanya soal kemudahan birokrasi. Ia juga simbol pengakuan bahwa kebutuhan mereka sama pentingnya dengan warga kota.

Wajah-wajah lega usai mengurus administrasi, tawa kecil saat keluar dari tenda pelayanan, hingga cerita warga tentang betapa terbantunya mereka—semua itu menegaskan: pelayanan publik terbaik bukan yang besar di kota, tetapi yang hadir di desa.

Listrik, Air, dan Kesehatan

Seperti listrik yang menyala hingga dusun, atau air bersih yang mengalir sampai ke rumah-rumah, pelayanan kesehatan pun semestinya hadir tanpa hambatan jarak. Kehadiran BPJS Kesehatan di Tulung Selapan adalah secuil gambaran itu.

Pertanyaannya kini: bisakah model ini diperluas dan berkelanjutan? Warga Tulung Selapan sudah memberi jawaban lewat antusiasme mereka. Pemerintah dan lembaga tinggal memastikan janji pelayanan itu terus menyala, bukan hanya sehari dalam agenda terpadu, tetapi sepanjang tahun dalam kehidupan nyata.

TEKS : YULIE AFRIANI  |  EDITOR : IMRON SUPRIYADI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *