Ucapan Selamat, Air Bersih, dan Diplomasi Pembangunan Wabup Muaraenim, Hj Sumarni

Wabup Muaraenim sebut Kota Palembang Salah Satu Kota Tertua di Indonesia

PALEMBANG | KabarSriwijaya.NET Selasa pagi yang sibuk di ruang Paripurna DPRD Kota Palembang. Sebuah peringatan ulang tahun kota, yang konon telah berusia 1.342 tahun, digelar dengan gelar resmi: Rapat Paripurna Istimewa. Kursi-kursi terisi penuh, jajaran kepala daerah berjejer rapi, dan tamu-tamu kehormatan berdatangan satu per satu—seolah tak ingin terlambat menyaksikan perayaan sebuah kota yang, dalam narasi sejarah resmi, dipercaya sebagai salah satu yang tertua di republik ini.

Di antara hadirin, tampak sosok Wakil Bupati Muara Enim, Ir. Hj. Sumarni, M.Si. Ia duduk tenang, mengenakan busana resmi dan senyum diplomatis yang sudah terlatih. Di hadapannya, Ketua DPRD Kota Palembang, Ali Subri, membuka sidang dengan formalitas khas acara seremonial negara.

Wakil Bupati Sumarni beri selamat

Di sisi lain, Gubernur Sumatera Selatan H. Herman Deru, Wali Kota Palembang Ratu Dewa, dan Wakilnya Prima Salam, turut hadir dalam daftar panjang pejabat yang melengkapi suasana.

Seperti lazimnya sebuah perayaan birokratis, ucapan selamat disampaikan dengan sopan dan rapi. Wakil Bupati Sumarni memberi selamat kepada masyarakat Kota Palembang, menyebut kota ini sebagai simbol kebanggaan dan warisan sejarah panjang peradaban di Sumatera Selatan. Namun, bukan hanya nostalgia yang dibawa dari Muara Enim—ada pula isyarat diplomasi pembangunan yang tersirat dalam setiap kalimatnya.

Dalam sambutannya, Sumarni menyinggung soal capaian Pemkot Palembang di bawah duet Ratu Dewa dan Prima Salam—khususnya dalam soal program penyediaan air bersih yang belakangan menuai apresiasi nasional.

Program itu, katanya, telah mendapat pengakuan dari Perpamsi, saat digelar Indonesian Water & Wastewater Expo and Forum (WWEF) 2025. Di antara tepuk tangan dan anggukan pejabat, ucapan itu mengandung harapan: agar Palembang dan Muara Enim tak hanya berbagi batas wilayah, tapi juga praktik baik dalam pelayanan publik.

Muara Enim masih berjuang

Sumarni tak menyebut secara langsung bahwa Muara Enim masih berjuang dalam hal distribusi air bersih. Tapi ketika ia berharap agar capaian Palembang bisa “diadopsi dan dikolaborasikan bersama”, publik bisa membaca sendiri: ada pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan di hulu Sungai Lematang sana.

Lebih jauh, ia mendorong agar sinergi antar daerah tak berhenti pada retorika seremoni. Visi “Palembang Berdaya, Palembang Sejahtera” bisa menjadi pasangan seimbang bagi slogan “Muara Enim Bangkit, Rakyat Sejahtera, Maju dan Berkelanjutan (Membara)”.

Dalam bahasa yang tak sepenuhnya basa-basi, ia mengajak: mari bergerak bersama, tak cukup hanya dengan spanduk dan tepuk tangan.

Di luar ruang Paripurna, kehidupan kota berjalan seperti biasa: kemacetan di Simpang Charitas, pedagang kopi keliling di bawah jembatan Ampera, dan anak-anak sekolah yang pulang membawa PR. Tapi di dalam ruangan yang penuh simbol dan seragam dinas, suara-suara tentang pembangunan dan kemajuan tetap bergema. Tinggal bagaimana gema itu menjelma kerja nyata.

TEKS : WARMAN P | EDITOR : IMRON SUPRIYADI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *