Di Antara Solar, Premium, dan Sebuah Nama dari Gorontalo

Bukan pemodal besar. Hanya seorang wiraswasta, seperti ribuan orang lain yang mencoba bertahan hidup

PERISTIWA, POLHUKAM21 Dilihat

GORONTALO | KabarSriwijaya.NET – Pada sebuah siang yang biasa di Gorontalo Utara, Kamis, 8 Mei 2025, langit menyimpan panas dan satu nama tiba-tiba dicatat dalam berita hukum. Ia bukan politisi. Bukan pemodal besar. Hanya seorang wiraswasta, seperti ribuan orang lain yang mencoba bertahan hidup di pinggiran republik ini.

Namanya: Ucin Toiti. Lahir di Limboto, 18 April 1985, dan tinggal di Dusun Tenilo, Desa Biau. Ia laki-laki biasa, warga negara Indonesia. Tapi pada hari itu, ia berdiri di hadapan hukum—dibawa oleh Tim Subdit IV Tipidter, dalam sebuah pelimpahan yang formal dan dingin: Tahap II, menuju Kejaksaan Negeri Gorontalo Utara.

Tuduhannya? Biasa terdengar dalam kasus-kasus yang jarang menyentuh halaman depan koran. Ia diduga menyalahgunakan pengangkutan dan niaga BBM bersubsidi: Premium dan Solar, sebanyak 6.000 liter, diangkut dalam sebuah mobil pickup. Bukan truk tangki. Bukan jaringan mafia. Hanya sebuah mobil kecil, yang barangkali juga disewa.

Hukum menyebutnya sebagai pelanggaran atas Pasal 55 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, yang telah diperbarui dengan semangat pembangunan melalui UU Cipta Kerja. Dan seperti banyak pasal dalam negeri ini, ia kerap terasa lebih menggetarkan bagi yang kecil—ketimbang yang besar.

**

Di kota besar, kita tahu, ada banyak kisah serupa. Tapi tak semua berujung pada pelimpahan. Beberapa lenyap bersama suara mesin di pelabuhan malam. Tapi di Gorontalo, Ucin tidak lenyap. Ia ditangkap, dan kini ditahan. Mungkin karena ia tak cukup penting untuk menghilang.

BACA JUGA BERITA INI :

Ketika Jalan Nani Wartabone Tak Lagi Lurus, Maruly : Sudah P21

Yang jadi saksi atas kesalahannya bukan manusia, tapi bensin dan solar. Dua bahan bakar yang pada zamannya pernah membuat harga nasi naik, membuat rakyat antre, dan membuat menteri mundur. Tapi dua cairan itu juga, yang jadi alasan mengapa seorang lelaki kecil kini masuk ke ruang tahan.

**

Apa yang ada di benak Ucin hari ini? Kita tak tahu. Mungkin ia hanya ingin mengisi tangki orang lain. Mungkin ia ingin menyekolahkan anaknya. Atau sekadar ingin hidup lebih baik dari kemarin. Tapi hukum tidak bekerja dengan perasaan. Ia bekerja dengan pasal.

**

Maka hari itu, sebuah pickup, enam ribu liter bahan bakar, dan seorang laki-laki dari Desa Biau, membentuk kisah kecil dalam peta besar negeri ini. Bukan tentang minyak semata. Tapi tentang keadilan—yang kadang terasa terlalu berat bagi mereka yang paling ringan daya.

Dan kita pun mencatat: bukan hanya nama Ucin Toiti yang tercatat dalam berita. Tapi juga sebuah pertanyaan:
“Seberapa besar sebuah kesalahan, bila yang melakukannya kecil?”

TEKS : RELEASE  |  EDITOR : IMRON SUPRIYADI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *